Kore wa unmei ka? (This is fate?) chapter 10
~ Chapter 10
ENTAHLAH, mungkin.. karena aku sudah lama memperhatikanmu..
Wajah Kurumi terasa memanas
mengingat kata-kata You tadi malam, ada apa dengannya, kenapa dia mulai
memikirkan You akhir-akhir ini, mungkinkah...
Tidak, tidak, tidak
mungkin, pikir Kurumi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ini pasti hanya perasaan
sesaat, aku tidak mungkin menyukai Arai-kun,” ujarnya dalam hati.
“Kurumiii.. Kurumi-chan?”
Yumi mengayun-ayunkan tangannya di wajah Kurumi.
“Ah, eh, i..iya, ada apa
Yumi-chan?” ujar Kurumi tergagap.
“Tidak, hanya dari pertama
datang tadi kulihat kau seperti sedang melamun, menggeleng-gelengkan kepalamu
sendiri, lalu tiba-tiba wajahmu jadi memerah seperti tadi,” jelas Yumi sambil menunjuk ujung hidung
Kurumi.
“Apakah sangat terlihat?”
“Um.” Yumi mengangguk.
Kurumi menghela napas
panjang sambil meletakkan kepalanya di atas meja. “Aku tidak tahu harus
melakukan apa, Yumi-chan?”
“Hmm, memangnya apa yang
terjadi?” tanya Yumi penasaran.
Kurumi terlihat berpikir
sejenak, kemudian menceritakan awal pertemuannya dengan You di toko sampai
kejadian yang terjadi tadi malam.
Kurumi langsung menutup
mulut Yumi sambil meletakkan telunjuk di depan mulutnya. “Sstttt... Jangan
berteriak begitu.”
Yumi mengangguk mengerti.
“Eeh, benarkah? Aku tidak pernah menyangka kalau Arai-kun bisa sebaik itu
denganmu.” Yumi terlihat berpikir sejenak, “Ah! Karena itu, waktu itu kau
menyapanya, benar kan?”
Kurumi hanya mengangguk
menanggapi pertanyaan Yumi.
SREEEEKK!
Pintu geser kelas terbuka.
Kuninobu Heikichi, radar pencari berita kelas 2-2 memasuki
kelas dengan tergesa-gesa, “Minna! Berita terbaru! Akan ada anak baru di kelas
kita!! Dan katanya dia dari London, Inggris!!” teriaknya.
Murid kelas 2-2 mulai terdengar berisik, mereka mulai saling
berbisik. “Laki-laki atau perempuan?” tanya Iino Ritsu, murid laki-laki kelas
2-2 yang pintar di bidang Biologi terlihat penasaran.
“Katanya––” Heikichi baru saja akan mengatakan sesuatu yang
langsung dipotong oleh Umeda-sensei, wali kelas 2-2 yang memasuki ruang kelas
sambil menenteng buku pelajaran di tangan kirinya.
“Sudah.. sudah, kembali ke tempat duduk kalian
masing-masing,” potong Umeda-sensei.
Setelah Umeda-sensei meletakkan buku di atas meja serta
berdiri di hadapan murid-murid di kelasnya, Miura Ichihiro, ketua kelas 2-2
berdiri memimpin salam, ”Kiritsu! Rei!1”
teriaknya sedikit membungkuk memberikan salam. Murid-murid mengikuti sambil
memberikan salam, “Ohayou Gozaimashita!
Selamat pagi!”
Miura kembali duduk diikuti
yang lainnya, Umeda-sensei meletakkan tangannya di depan mulut lalu
berdehem,“Seperti yang kalian dengar dari teman kalian,” Umeda-sensei
menghentikan kata-katanya sejenak, melirik ke arah Kuninobu Heikichi.
Kuninobu yang dilihat Umeda-sensei
hanya bisa tertawa kecil. “Akan ada murid pindahan di kelas ini, dia pindahan
dari London. Silahkan masuk Nakashima-kun,” jelas Umeda-sensei mempersilahkan
murid pindahan itu masuk.
Nakashima? Kenapa dia tidak merasa asing dengan nama itu, pikir
Kurumi.
Murid pindahan yang
dipanggil Nakashima oleh Umeda-sensei masuk. “Nah, silahkan perkenalkan dirimu
pada teman-teman barumu,” kata Umeda-sensei begitu Nakashima berada di depan
kelas. Umeda-sensei pun mengambil kapur, menuliskan nama Nakashima di papan
tulis berwarna hijau itu.
AH! Dia kan yang kemarin?! teriak Kurumi dalam hati begitu melihat
Daniel memasuki kelas.
“Ohayou, minna! Hajimemashite2, nama saya
Nakashima Daniel. Saya pindahan dari Inggris. Saya lahir dan besar di London,
Inggris, semoga kita bisa rukun-rukun nantinya,” ujar Daniel menggunakan bahasa
Jepang yang fasih mengakhiri perkenalannya sambil member salam dengan sedikit membungkuk.
Kelas 2-2 terdiam terkesima
mendengar bahasa Jepang fasih yang diucapkan Nakashima Daniel. Mereka mulai
berbisik-bisik, banyak anak perempuan di kelas Kurumi yang tampak tertarik
dengannya.
“Hm, Nakashima-kun, kau
duduk di belakang Oikawa-san,” ucap Umeda-sensei menunjuk ke arah meja kosong
di belakang Kurumi. “Ah, Oikawa-san, tolong ajak Nakashima-kun untuk
berkeliling melihat sekolah kita, saat istirahat nanti.”
Kurumi mengangguk. “Hai,
sensei.”
Daniel langsung menuju meja
di belakang Kurumi. Ia menepuk bahu Kurumi, “Hi!” sapanya pada Kurumi, “We
meet again.”
Kurumi berbalik menoleh ke
arah Daniel. “Aku tidak menyangka kau akan pindah dan masuk di kelasku,” akunya
jujur.
“Ya, anak-anak mari kita lanjutkan pelajaran
kita minggu lalu,” seru Umeda-sensei memulai pelajaran.
“Kejutan, bukan?” sahut
Daniel menanggapi perkataan Kurumi tanpa mengacuhkan Umeda-sensei.
Kurumi hanya mengangguk,
mengiyakan perkataan Daniel.
*****
Tak lama begitu bel
istirahat berbunyi, murid perempuan di kelas Kurumi tampak mengerubungi tempat
Daniel. Mereka tampak sangat tertarik dengan Daniel dan ingin berkenalan lebih
jauh dengannya.
“Daniel-kun, kau tinggal
dimana saat di Inggris?”
“Apa kau sudah punya
pacar?”
Kurumi yang melihat Daniel
tampak kewalahan dengan pertanyaan-pertanyaan itu langsung menerobos kerubungan
lingkaran itu dan menarik tangan Daniel untuk pergi, “Gomen ne, minna. Tapi aku
harus membawanya dulu untuk berkeliling sekolah. Kalian dengar kan kata-kata
Umeda-sensei tadi?” ujar Kurumi menjelaskan dengan wajah yang dibuat semanis
mungkin.
Murid-murid perempuan yang
ditinggal hanya bisa merengut mendengar alasan Kurumi.
“Thank you, Kurumi-chan,” ucap Daniel tersenyum begitu mereka tiba
di luar kelas. “You really help me.”
“No, don’t thank me. Umeda-sensei tadi menyuruhku membawamu
berkeliling sekolah saat istirahat, karena itu aku memenuhi tugasku untuk
membawamu pergi saat istirahat,” ucap Kurumi cuek. “Kalau kau ingin berterima
kasih, berterima kasihlah pada Umeda-sensei.”
Daniel hanya bisa tersenyum
menanggapi perkataan Kurumi.
“Di sekolah ini terdiri
dari berbagai macam klub, seperti klub sepak bola, basket, hiking, kendo, dan masih banyak lainnya. Kau tahu kendo? Kendo itu
seni bela diri yang menggunakan pedang dari bambu disebut shinai,” ujar Kurumi
tampak menjelaskan.
Daniel mengangguk paham.
“Kau sendiri, apa yang kau ikuti?”
“Eh, aku?”
“Ya, kau,” sahut Daniel.
“Tidak, tidak ada. Hm,
sebenarnya aku mengikuti klub seni lukis, hanya saja aku tidak terlalu aktif,
jadi bisa dikatakan tidak mengikutinya, bukan?”
“Sou ne. Begitu.”
Langkah Kurumi tiba-tiba
terhenti, Daniel tampak heran dengan sikap Kurumi. Daniel mengikuti arah
pandangan Kurumi, seseorang yang tampak berdiri dalam diam di depan mereka berdua.
Anak laki-laki itu seolah heran menatapnya.
“Arai-kun...” ucap Kurumi.
Anak laki-laki yang
dipanggil Arai oleh Kurumi hanya menatapnya lalu pergi berlalu meninggalkan
Daniel dan Kurumi.
“Kalau boleh tahu, siapa
dia?” tanya Daniel panasaran.
“Namanya Arai You,
perangkat satu umum di sekolah ini, dia juga masuk lima besar terbaik peringkat
nasional.”
Heh, jadi namanya Arai You. Terlihat cukup menyebalkan
bagiku,
pikir Daniel kembali menatap You yang belum menghilang dari pandangannya.
“Ugh, menyebalkan.
Lagi-lagi sikapnya seperti itu,” ujar Kurumi dengan wajah memerah.
Daniel melihat perubahan
pada wajah Kurumi.
Sepertinya ada sesuatu diantara Kurumi-chan dan You tadi, pikir Daniel.
Daniel merasa penasaran.
“Hei, bolehkah aku menanyakan sesuatu?”
“Um, apa?” sahut Kurumi
kembali berjalan.
“Anoo, apa kau menyukai
orang yang bernama Arai You itu?”
Kurumi berhenti secara
tiba-tiba setelah mendengar pertanyaan dari Daniel.
“Hei, lagi-lagi kau
berhenti secara tiba-tiba, ada apa denganmu?” ujar Daniel mencoba memegang
tangan Kurumi dan melihat wajah Kurumi yang merah padam.
DEG!!
Daniel merasa
jantungnya berdetak cepat. Hei, hei masa aku menyukai
gadis ini?!
ujar Daniel dalam hati. Ia melepaskan tangan Kurumi kemudian menutupi wajahnya yang juga
mulai memerah dengan satu tangan. Daniel menutup mata dan menghela napas panjang.
“Hei, ada apa denganmu?”
tanya Kurumi yang ternyata sudah bisa mengendalikan perasaannya, bertanya di
depan wajah Daniel.
“WAAA!” Daniel berujar
kaget. Dia mundur beberapa langkah. “Ha~h, kau mengagetkanku tahu,” jelasnya.
“Enak saja, kau sendiri
yang tiba-tiba bersikap aneh, menutupi wajahmu dan menghela napas panjang
setelah bertanya padaku,” balas Kurumi tak mau kalah.
Daniel tiba-tiba tertawa. “You were really an unpredictable girl,
Kurumi-chan.”
Kalau memang harus menyukai
seseorang dengan serius, dengannya juga sepertinya tidak buruk kan, batin
Daniel kemudian tersenyum.
“Kau ini kenapa sih
Nakashima-kun? Lagi-lagi bersikap aneh seperti itu,” ucap Kurumi.
“Tidak, aku tidak apa-apa.
Oya, panggil saja aku Daniel, OK!” balas Daniel menautkan jari telunjuk dan ibu
jari kanannya.
“Tapi––”
“Tidak ada tapi-tapi, lagi pula aku juga sudah memanggil
nama kecilmu, jadi aku juga mau kau memanggilku dengan nama kecilku, mengerti?”
ujar Daniel memotong perkataan Kurumi.
“Huh
dasar, kau ini seenaknya saja, Daniel-kun,” sahut Kurumi memalingkan wajahnya.
Daniel lagi-lagi tersenyum
mendengar respon yang diberikan Kurumi.
“Tapi
Kurumi-chan, kau tahu, kau belum menjawab pertanyaanku tadi.”
Kurumi mengabaikan
pertanyaan Daniel sambil melihat jam di tangannya, “Ayo, kita kembali ke kelas, waktu
istirahat sudah hampir habis,” ajaknya.
Daniel mengangguk tersenyum
mengikuti ajakan Kurumi. Ia tak pernah merasa sangat sebahagia ini. Merasa
sangat bahagia saat dia bersama dengan Kurumi. Perasaan berbeda yang di
dapatnya saat di London dulu. Biarlah, kalau memang Kurumi tidak ingin menjawab
pertanyaannya tadi, pikir Daniel.
Kalau pun ada sesuatu
diantara You dan Kurumi, dia tidak peduli lagi, pikir Daniel lagi sambil menatap Kurumi yang
berjalan di depannya.
*****
~To be continue ( ◕ω◕) thanks for reading
Comments
Post a Comment