Kore wa unmei ka? (This is fate?) chapter 9

Ok, now aku langsung lanjut ke chapter berikutnya :)  ~

Chapter 9



Kurumi berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Jam pulang sekolah sudah lewat dua puluh menit yang lalu. Seperti biasa sekolahnya tidak pernah terlihat benar-benar sepi. Ia mengajak Yumi untuk pulang bersama, namun ditolak Yumi dengan alasan ada hal yang harus dipersiapkannya untuk nanti sore sebelum ke rumah Kurumi.
“Hei, I was waiting for you,” sapa seseorang setelah Kurumi melewati gerbang sekolahnya itu.
Kurumi berbalik menuju sumber suara, dan menemukan anak laki-laki yang tadi ditabraknya saat ingin ke ruang guru sedang bersandar di gerbang sekolah sambil melambaikan sebelah tangannya.
“Aku?” tanya Kurumi sambil menunjuk wajahnya.
Yes, is there anyone else except you here, Oikawa Kurumi-chan?” ujar anak laki-laki itu.
Kurumi melihat di sekelilingnya dan memang hanya dia yang ada disana. “Lalu ada urusan apa sampai kau menungguiku disini?”
“Tidak, bukan karena apa-apa. Aku menungguimu karena aku ingin, tidak ada alasan lain,” jawabnya dengan bahasa Jepang yang fasih.
“Kalau begitu aku mau pulang.” Kurumi beranjak meninggalkan anak laki-laki tadi.
Anak laki-laki itu ikut mengikuti Kurumi di sampingnya. “Apa kau tidak penasaran aku  ini siapa? Namaku misalnya? Atau asalku begitu?” tanya anak laki-laki itu membuka pembicaraan.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Anak laki-laki itu sedikit gelagapan ditanya seperti itu. “Eh, kenapa? Kenapa ya? Mungkin karena selama aku pindah di Jepang, gadis-gadis disini akan menanyakan pertanyaan seperti itu.”
“Hm, jadi kau memang bukan berasal dari Jepang,” gumam Kurumi.
“Ya, aku besar di Inggris, London maksudku,” seru anak laki-laki itu. “Aku setengah Jepang dan setengah Inggris,” tambahnya lagi.
“Aku sudah menduganya,” ucap Kurumi.
Alis anak laki-laki itu sedikit terangkat. “Menduganya?”
“Dari warna matamu yang berbeda dari orang kebanyakan, lalu aksen Inggris mu yang sangat kental,” sahut Kurumi menjelaskan.
“Nakashima Daniel.” Anak laki-laki itu berhenti sejenak, mengulurkan tangannya.
Kurumi ikut berhenti, terlihat ragu menerima uluran tangan itu, menatap Daniel lagi.
“Ada apa?” tanya Daniel.
Kurumi menjabat tangan Daniel yang terasa besar dan hangat. “Oikawa Kurumi.”
Senyum Daniel terkembang. “Aku sudah tahu namamu, kau kan sudah mengatakannya padaku sebelumnya. Senang berkenalan denganmu.”
“Itu kan sekedar formalitas saja, karena kau sudah mengenalkan dirimu padaku jadi aku juga mengenalkan diriku padamu. Senang berkenalan denganmu juga,” ujarnya melepaskan tangannya kembali berjalan.
“Kau betul-betul orang yang di luar bayanganku, Kurumi-chan,” ucap Daniel sambil menyamakan langkahnya dengan langkah Kurumi.
Kurumi menatap Daniel. “Di luar bayanganmu? Dan kenapa kau seenaknya memanggilku dengan nama kecilku?” protes Kurumi.
“Tidak, hanya saja baru kali ini aku menemui gadis yang terlihat cuek padaku. Memangnya kenapa? Bukankah bagus kalau langsung menggunakan nama kecil, agar kita terdengar lebih akrab?” balas Daniel.
“Tapi...” kata-kata Kurumi menggantung, mengurungkan niatnya yang masih ingin protes, tapi ia berpikir kalau tidak ada gunanya berdebat dengan orang yang besar di Inggris ini, akan sulit jadinya.
Daniel bingung dengan Kurumi yang tiba-tiba berhenti bicara. “Tapi apa?”
“Tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong sampai kapan kau mau mengikutiku?”
“Ah, iya. Aku jadi keterusan mengikutimu. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi!” ujar Daniel pergi melambaikan tangan meninggalkan Kurumi.
Kening Kurumi sedikit berkerut. “Sampai jumpa lagi?”
“Tadaima,” seru Kurumi begitu sampai di rumah, melepaskan sepatunya dan meletakkannya di rak sepatu.
“Tidak biasanya kau pulang terlambat, Yumi-chan sudah menungguimu kau tahu, Okaasan suruh dia langsung ke kamarmu saja,” ujar ibunya yang berada di dapur saat melihat Kurumi melewati dapur.
“Aku ada urusan tadi. Kalau begitu aku langsung ke kamar saja,” sahutnya pamit ke kamarnya.
Terlihat Yumi yang sudah duduk rapi di depan meja kecil yang ada di kamar Kurumi meminum teh yang disiapkan oleh ibu Kurumi. Ia menggunakan baju sederhana dengan renda di pinggirnya, namun hal itu membuat Yumi terlihat dewasa dan cantik.
“Kupikir kau datang lebih lama lagi, kalau tahu aku langsung cepat pulang agar tidak membuatmu menunggu.” Kurumi duduk di depan Yumi meletakkan tasnya di sampingnya.
“Tidak apa-apa, aku saja yang terlalu cepat datang,” kata Yumi. “Bagaimana kalau sekarang kau mandi dulu agar lebih segar?”
Kurumi mengangguk mengiyakan. “Kalau begitu aku mandi dulu.”
Dua puluh menit kemudian Kurumi datang dengan wajah ceria. “Haah, mandi itu memang benar-benar menyegarkan,” kata Kurumi setelah mandi.
“Kalau kau sudah selesai, duduklah disini. Aku akan mendandanimu,” ujar Yumi menepuk lantai di depannya.
Kurumi menurut duduk di depan Yumi. Yumi pun mulai bereksperimen dengan alat-alat kosmetik yang sebelumnya sudah dia bawa. Ia menyisir rambut Kurumi yang cukup panjang, lalu mengaitkan rambut yang berada di bagian sebelah kanan dan kiri, kemudian menjepit kaitan rambut itu dengan penjepit yang memang sudah disiapkannya dari awal.
Setelah selesai dengan rambut Kurumi, Yumi beralih ke bagian wajah. Ia mulai mengenakan bedak ke wajah Kurumi, juga mascara serta memoleskan lip gloss bening ke bibir Kurumi.
“Nah selesai,” seru Yumi tersenyum senang melihat hasil karyanya. “Kau betul-betul cantik Kurumi-chan.”
Kurumi pun melihat dirinya di cermin. Ia seolah melihat orang yang lain, dan orang itu memang terlihat cantik, sangat cantik. “Apa ini benar-benar aku?” tanyanya tidak percaya.
“Ya. Itulah dirimu yang sebenarnya. Bisa-bisa semua orang jatuh cinta padamu,” puji Yumi tertawa.
Dipuji seperti itu pipi Kurumi bersemu merah, ia kemudian tertawa mendengar kata-kata Yumi. “Kau ini ada-ada saja.”
“Aku tidak mengada-ada, kalau aku laki-laki aku pasti sudah menyukaimu, kau tahu? Kau itu orang yang apa adanya, baik, pengertian meskipun terkadang kau sikapmu sedikit­ keras––seperti yang biasa kau lakukan pada Hiro-kun––tapi dari sikap itulah kau menunjukkan kalau kau peduli dengan orang itu,” jelas Yumi menyebutkan kelebihan-kelebihan Kurumi yang membuat orang-orang menyukainya.
Kurumi kembali tertawa mendengar penjelasan Yumi. “Kau seperti penjual saja, sedang mempromosikan sesuatu.” Kurumi yang baru teringat Yumi memang bekerja part time sebagai penjual menambahkan, “Ah, kau memang penjual ya? Hahaha.”
“Aaaghh... Kurumi-chaaannn! Itu kan hanya pekerjaan part time bukan pekerjaan tetap yang aku inginkaan,” protes Yumi.
“Hai, hai, aku cuma bercanda,” ucap Kurumi berhenti tertawa.
Yumi lalu sibuk membereskan peralatan kosmetiknya. “Kurumi-chan, ini aku titip disini ya. Karena tidak mungkin aku membawanya pergi ke acara nanti,” kata Yumi meminta izin.
“Iya, simpan saja. Nanti diambil kalau kau datang kesini lagi,” sahut Kurumi sambil mencari baju yang pas di lemarinya untuk ia kenakan. Kurumi pun langsung mengganti bajunya begitu mendapatkan baju yang pantas ia kenakan.
“Bagaimana? Kau sudah siap?” tanya Yumi beberapa menit kemudian.
“Um,” angguk Kurumi mengambil mantel jaketnya kemudian mengenakannya.
“Bibi, kami berangkat,” seru Yumi pamit.
“Okaasan, ittekimas!” seru Kurumi juga pamit kepada ibunya.
“Ya, hati-hati!” sahut ibu Kurumi.

*****

“Akhirnya kau datang juga Kurumi! Kupikir kau tidak akan datang, mengingat aku jarang bertemu denganmu akhir-akhir ini,” sambut Hiro begitu Kurumi sampai di restoran keluarga berlantai dua yang disewa Hiro.
“Dasar, aku pasti datang, ini kan acara yang diselenggarakan teman terbaikku. Acaramu berjalan lancar?”
“Hm, sejauh ini sih begitu,” sahut Hiro sambil memperhatikan sekelilingnya kemudian menoleh ke arah Kurumi.
“Doushite? Apa ada yang salah denganku?” tanya Kurumi memperhatikan pakaiannya.
“Ya, sangat salah. Aku tidak menyangka kau akan datang dengan penampilan seperti ini,” jawab Hiro dengan wajah serius.
Kurumi panik mendengar jawaban Hiro.
“Aku tidak menyangka kau akan datang dengan penampilan yang sangat cantik seperti ini. Aku jadi tidak rela kalau menyerahkan teman terbaikku dan tercantikku ini ke orang lain nantinya,” tambahnya tersenyum.
“Kau ini, kupikir benar-benar ada yang salah dengan penampilanku,” ucap Kurumi menyikut Hiro. “Kebiasaanmu itu, kebiasaan yang sering mengerjaiku itu, apa tidak bisa hilang?”
“Haha. Ya, sudah tidak bisa,” sahut Hiro tertawa.
“Huh, ya sudahlah aku mau berkeliling dulu kalau begitu. Sudah sana urus tamu-tamumu yang lain. Nanti mereka cemburu karena kau lebih mementingkan aku.”
Hiro sedikit membungkuk dengan satu tangan di dada seperti yang biasa dilakukan para pelayan kepada tuannya. “As your pleasure, Your Highness,” ucap Hiro dengan senyum yang paling menawan, lalu pergi meninggalkan Kurumi dan Yumi yang dari tadi hanya memperhatikan mereka berdua.
“Kurumi-chan, kau tidak menyukainya lagi kan?” tanya Yumi memegang tangan Kurumi khawatir, takut temannya menderita lagi karena perasaannya dulu.
“Hah, eh, ah tidak. Aku biasa saja menanggapinya, senyumnya tadi itu memang manis tapi tidak lagi membuatku berdebar saat melihatnya. Aku betul-betul bisa bersikap biasa di hadapannya,” ujar Kurumi tampak sedang mencari seseorang. “Eh, aku berkeliling dulu ya, ingin menjelajahi tempat ini.”
“Mm? Ya sudah, kalau begitu aku pergi mencari minuman dulu,” sahut Yumi mencari tempat untuk duduk yang pas kemudian memesan minuman.
Kurumi mengelilingi restoran keluarga itu, begitu tidak menemukan yang dicarinya ia beranjak ke lantai dua yang tidak kalah ramai keadaannya dengan di lantai satu. Begitu melihat ke arah balkon, ia tersenyum menemukan seseorang yang dicarinya. Orang itu terlihat menyendiri, tidak berbaur dengan yang lain seolah hanya menatap langit malam yang membentang luas di atasnya.
“Apa yang kau lakukan sendiri disini?” tanya Kurumi berdiri di samping orang itu.

*****

Minna1, ittekimas!” seru You sebelum berangkat menuju acara yang diselenggrakan Hiro. Sebenarnya You merasa malas untuk datang, tapi dia merasa tidak enak dengan Hiro jadi dia memutuskun untuk pergi. Ya setidaknya pergi dari pada tidak, pikir You.
Begitu sampai, You hanya menyapa Hiro sekedarnya, kemudian mencari tempat yang nyaman untuk menyendiri. You lalu menemukan balkon yang menurutnya merupakan tempat yang cukup nyaman. Ia menatap langit malam yang hitam kebiru-biruan dengan bintang yang bertaburan di atasnya.
“Apa yang kau lakukan sendiri disini?” tanya seseorang yang tiba-tiba berdiri di sampingnya.
You menoleh ke sumber suara dan mendapati Kurumi lah yang berdiri di sampingnya. Ia tidak menyangka Kurumi akan datang, kemudian bergumam dalam hati, “Aku lupa kalau Kurumi adalah teman dekat Hiro, sudah pasti ia datang.”
“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?” tanya Kurumi menatap You.
You sedikit gelagapan ditanya oleh Kurumi. “A.. aku hanya ingin menyendiri disini.”
Kurumi hanya terdiam mendengar jawaban yang diberikan oleh You.
You memegangi dadanya, mengingat yang terjadi tadi siang saat Kurumi dan Hiro berbicara sambil tertawa membuatnya terdiam. You mengerti kalau Kurumi memang menyukai Hiro, terlihat dari caranya tertawa saat bersama Hiro tadi, tapi dia tidak menyangka perasaannya akan jadi sesakit ini.
“Hm, waktu itu..” You memulai pembicaraan.
“Waktu itu?” ucap kurumi bingung.
“Tentang yang waktu itu, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu marah ataupun sedih karena kata-kataku,” ujar You menatap Kurumi serius kemudian menundukkan sekali tanda meminta maaf.
Kurumi kembali terdiam menatap You.
“Soal yang waktu itu... mungkin memang aku yang bersalah jadi Arai-kun tidak usah meminta maaf,” kata Kurumi bersuara.
Hening. Kurumi terdiam seolah enggan membahas hal itu lagi, You juga merasa bingung, tidak tahu harus membicarakan apa.
You tiba-tiba bersuara sambil menatap lurus ke depan. “Kau.. kau datang kesini rupanya.. kupikir kau tidak akan datang. Apa kau sudah bisa menerimanya..?”
Kurumi bingung, tidak mengerti dengan apa yang dikatakan You. “Maksudmu? Kenapa aku tidak boleh datang? Dan apa maksud dari ‘apa kau sudah bisa menerimanya’?” tanya Kurumi menatap You bingung.
You menghela napas sejenak. “Tidak, aku tidak pernah berpikir kalau kau akan datang ke tempat orang yang sudah membuat hatimu kecewa, meskipun orang itu tidak mengetahuinya. Mm.. maksudku.. kau sudah bisa menerimanya? Menerima kalau dia menyukai orang lain..” jelas You kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Kurumi.
Angin malam berhembus menyapu wajah Kurumi, mengayun-ayunkan rambutnya yang tidak terikat. Lampu di sekitar jalanan di dekat balkon menerangi sebagian wajah Kurumi dan You. Kaget, ya, itulah yang bisa ditangkap You dari wajah Kurumi. Sepertinya Kurumi terkejut dari mana You bisa mengetahui perasaannya.
Kurumi membuka mulutnya, kemudian menutupnya lagi, seolah ingin mengatakan sesuatu. “Da-dari.. mana.. kau bisa tahu?” terbata-bata Kurumi akhirnya bisa menanyakannya, ia mundur selangkah menatap You.
You terdiam menatap Kurumi yang tampak terkejut dengan perkataannya sebelumnya. “Entahlah, mungkin.. karena aku sudah lama memperhatikanmu..” sahutnya kemudian, lalu mengalihkan pandangannya menatap jalanan yang lalu lalang di depan balkon restoran.
Suasana diantara You dan Kurumi kembali membisu. You tidak habis pikir kenapa dia menjawab seperti itu. You membiarkan perasaanya yang berbicara, bukan lagi ego yang selalu membuatnya merasa kesal pada dirinya sendiri. Tapi, ya, dia mengakuinya, perasaannya terasa lebih ringan ketika mengatakan apa yang sedang ia rasakan.
You berbalik. “Sudahlah, jangan pikirkan kata-kataku tadi,” sahut You lagi mengelus kepala Kurumi, kemudian melangkah pergi. Ia kembali menatap tangan yang sudah berkali-kali mengelus lembut rambutnya Kurumi.
“Apa yang baru saja kulakukan?” ujarnya pada diri sendiri.
DEG!!
Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang. “Ada apa sebenarnya denganku hari ini?” gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya yang rapi.
You menatap langit malam dengan uap udara yang tampak saat ia menghela napas.

_____________________________________
1Semuanya

~To be continue ( ◕ω◕) thanks for reading


Karin

Comments

Popular posts from this blog

What's your gender, Princess? | Chapter 18

What's your gender, Princess? | Chapter 13

What's Your Gender Princess? | Chapter 16