Kore wa unmei ka? (This is fate?) chapter 2


Chapter 2
“Kurumi-chan, apa kau sudah siap untuk menyatakan perasaanmu pada Hiro-kun?” tanya Yumi sepulang sekolah.
Kurumi siap dengan tas dan cokelat buatannya yang ia sembunyikan dalam kantongan, hari itu adalah hari Valentine. “Ya, aku akan berjuang sebisa ku. Doakan ya!” jawab Kurumi bergegas pergi menuju kelas Hiro yang berjarak dua kelas, setelah kelasnya.
Yumi tersenyum melihat temannya. “Selamat berjuang,” gumam Yumi.
“Oii, Hiro! Ayo pulang,” panggil Kurumi setibanya di depan kelas pintu kelas Hiro.
“Ah, Kurumi. Tunggu sebentar,” kata Hiro tersenyum melihat Kurumi. Hiro langsung memasukkan peralatannya ke dalam kelas.
“Kau tidak ada kelas tambahan kan?” tanya Kurumi saat Hiro sudah di sampingnya.

“Tidak. Sepertinya Kanzaki-sensei. Guru Kanzaki ingin pulang lebih cepat hari ini, mungkin dia ingin mengungkapkan perasaannya pada seseorang,” sahut Hiro berjalan melewati Kurumi.
“Dari mana kau tahu kalau Kanzaki-sensei ingin mengungkapkan perasaannya?” tanya Kurumi sambil menyamakan langkahnya.
“Tidak, aku hanya menebaknya saja. Soalnya aku lihat tangan Kanzaki-sensei penuh dengan plester, dan dari tadi sejak mengajar dia selalu terlihat bahagia, jadi kupikir dia akan menyatakan perasaannya dengan cokelat buatan yang dia bikin.”
“Wah, kau tahu banyak juga ya Hiro.”
“Tidak, tidak, aku kan sudah bilang kalau aku hanya menebak saja.”
Saat sudah berada di depan gerbang sekolah, Kurumi memberanikan diri untuk bertanya “Ngomong-ngomong, apa ada gadis yang kau sukai?”
“Hah, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu?” tanya Hiro.
“Jangan mengembalikan pertanyaan saat orang lain bertanya padamu. Sudahlah jawab saja, kau tidak usah malu padaku, aku kan temanmu sejak kecil, dan aku sudah tahu semua kebiasaan burukmu, jadi kalau untuk hal semacam ini menurutku hal yang biasa,” jelas Kurumi panjang lebar.
“Hei, hei. Tidak usah dijelaskan juga aku tahu, kalau kau sudah mengenalku dan tau semua semua kebiasaanku. Aku cuma sedikit terkejut kau menanyakan orang yang kusukai.” Hiro terdiam sejenak. “Ah, jangan-jangan kau menyukaiku ya? Kurumi...~chan, aduuh. Sakit tahu, kenapa kau tiba-tiba memukul kepalaku?”
“Huh, itu kan gara-gara kau juga yang seenaknya saja bicara seperti itu.”
“Haha, aku kan cuma ingin menggodamu saja,” ucap Hiro sambil mengusap-usap kepalanya yang baru saja dipukul. “Hm, bagaimana ya? Baiklah, aku akan memberitahumu berhubung kau adalah teman kecil terbaikku.”
Tiba-tiba saja Kurumi merasa tegang dan menahan napas.
“Ya, ada orang yang kusukai. Orang itu membuatku selalu memikirkannya,” aku Hiro menerawang.
Langkah Kurumi tertahan. Hatinya langsung mencelos begitu mendengar pengakuan Hiro, ia melihat wajah Hiro yang terlihat serius. Sepertinya aku sudah terlambat. Ayo tersenyumlah, jangan sampai Hiro melihatmu menangis, ujar Kurumi pada dirinya sendiri menunduk sambil menahan air matanya yang akan jatuh.
“Hei, ada apa? Ah, ka, kau menangis ada apa?” tanya Hiro memegang bahu Kurumi sambil menyejajarkan wajahnya dengan wajah Kurumi. “Apa kata-kataku ada yang salah? bilang padaku, kenapa kau tiba-tiba menangis? Siapa yang membuatmu begini? Aku akan membuatnya menyesal, sudah menyakiti teman terbaikku.”
Teman terbaik, eh? Ternyata memang hanya teman ya. Soal ini, aku tidak mungkin memberitahumu kan, batin Kurumi.
Kurumi mendorong Hiro pelan lalu mengusap matanya. “Aku tidak menangis, siapa bilang aku menangis. Kau ini, aku cuma kemasukan debu tahu.”
Benarkah?” ucap Hiro terlihat ragu. “Baiklah kalau kau bilang begitu. Kupikir  terjadi sesuatu padamu, karena aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu,” lanjut Hiro sambil mengusap kepala Kurumi.
“Jangan begitu, jangan terlalu baik padaku. Orang lain bisa salah paham kalau bersikap seperti ini. Kau tidak ingin kan, orang yang kau sukai salah paham,” ujar Kurumi menahan perasaannya dengan tersenyum sambil melepaskan tangan Hiro di kepalanya.
“Baiklah, aku mengerti. Oh ya, kantongan apa itu? Apa isinya?” tanya Hiro tiba-tiba menunjuk kantongan yang dari tadi dipegang Kurumi. “Ah, jangan-jangan kau juga ingin mengungkapkan perasaanmu pada seseorang ya? Aduh, teman kecilku ini ternyata sudah menyukai seseorang.”
Kurumi langsung menyembunyikan kantongan itu di belakang badannya dan berjalan di depan Hiro. “Baka!7 Siapa bilang ini untuk orang yang kusukai, ini untuk ayah tahu, dasar sok tahu.”
“Oh, untuk paman ya, kukira untuk orang yang kau suka. Paman pasti senang mendapat cokelat darimu. Oya, salamku untuk paman dan bibi di rumah ya,” ujar Hiro saat sudah berada di depan rumah Kurumi.

*****

Itulah terakhir kalinya Kurumi dekat dengan Hiro. Sejak saat itu ia berpikir kalau sebaiknya dia menghindari Hiro. Dia merasa tidak cukup mampu menahan perasaannya jika bertemu dengan Hiro.
“Apa kau yakin mau datang, Kurumi-chan?” tanya Yumi memecah lamunannya.
“Tenang saja, aku yakin aku akan datang, arigatou Yumi-chan, arigatou sudah mau mengkhawatirkanku,” jawab Kurumi meyakinkan Yumi.
Yumi pasrah dengan keputusan temannya itu. “Hm, baiklah kalau itu keinginanmu, tapi jangan pernah untuk memaksakan dirimu ya,” ujar Yumi dipersimpangan jalan.
“Um, wakatteru yo. Mata ashita ne 8 Yumi-chan!” ujar Kurumi sambil melambaikan tangannya.
“Mata ashita,” sahut Yumi membalas lambaian tangan Kurumi.
Jangan pernah memaksakan dirimu ya..
Kalimat yang diucapkan Yumi beberapa kali menggema di kepalanya. Ya, meskipun dia bilang dia tidak akan memaksakan diri tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Entah berapa lama ia berusaha untuk menghilangkan perasaannya, namun hal itu belum berhasil. Dia masih terlihat sedih tiap kali ia  melihat Hiro. Dan kali ini, ia memutuskan datang di acara yang akan diadakan Hiro.
*****

Keesokan harinya.
“Huft, rasanya aku mau mati, saat Kitamura-sensei bilang ulangan mendadak tadi,” desah salah satu dari teman kelas Kurumi, Satori Masashi.
“Kau kan memang selalu begitu, setiap ulangan mendadak,” timpal Ato Souta.
“Enak saja kau bicara.”
“Bagaimana ulanganmu Kurumi-chan?” tanya Yumi menghadapkan kursinya ke arah Kurumi.
“Ah, baik. Untungnya tadi malam aku sempat membaca materi yang muncul sewaktu ulangan tadi, kau sendiri bagaimana?”
“Haa~h, aku kurang baik. Kurumi-chan benar-benar pintar ya, aku jadi sediki iri.”
“Hei, jangan begitu. Kau kan sudah berjuang sebisamu. Ayo, jangan sedih begitu. Bagaimana kalau sepulang sekolah nanti kita jalan-jalan?” ujar Kurumi membangkitkan semangat Yumi.
 “O.K. Baiklah,” jawab Yumi tersenyum.
Tiga jam kemudian saat pulang sekolah.
Gomen nasai9 Kurumi-chan, sepertinya kita tidak bisa pergi hari ini. Aku baru ingat kalau ada jadwal kerja sambilan hari ini, gomen ne,” ujar Yumi meminta maaf.
Kurumi menggeleng pelan. “Tidak apa-apa, kita masih bisa pergi lain waktu.”
“Kalau begitu aku duluan ya Kurumi-chan,” pamit Yumi berlari meninggalkan Kurumi.
Terpaksa pergi sendiri deh, kata Kurumi dalam hati.
Irasshaimase10,” kata penjaga toko aksesori ketika Kurumi masuk.
Hm, sudah lama tidak kesini, tapi rasanya tidak banyak yang berubah, terakhir kali aku kesini bersama Hiro, batin Kurumi.
Tiba-tiba ada seseorang yang menabrak Kurumi.Tubuhnya yang hampir jatuh ditahan oleh seseorang dari belakang.
“Berhati-hatilah,” ujar seseorang. Kurumi langsung menoleh ke arah orang yang menolongnya tadi.
“Ah! Arai-kun!” seru Kurumi kaget.
Orang yang menabraknya tadi meminta maaf sambil membungkukkan badannya dua kali. “Gomen nasai, gomen nasai.”
Setelah orang yang menabraknya tadi sudah pergi, pandangannya kembali ke arah Arai You.
“Terima kasih sebelumnya Arai-kun. Eh, tapi ngomong-ngomong apa yang sedang kau lakukan disini?”
                                       


7Bodoh!
8Sampai ketemu besok
9Saya minta maaf
10Selamat datang!, biasa digunakan oleh penjaga toko di Jepang

~To be continued ( ◕ω◕) thanks for reading

Karin

Comments

Popular posts from this blog

What's your gender, Princess? | Chapter 18

What's your gender, Princess? | Chapter 13

What's Your Gender Princess? | Chapter 16