Kore wa unmei ka? (This is fate?) chapter 4
Chapter 4
Bagi hampir semua murid di
SMU Asakura, Arai You adalah orang yang sangat pendiam, tidak banyak bergaul
dengan murid-murid lainnya, sikap dan kata-katanya pun cenderung dingin dan
terkesan acuh-tidak acuh terhadap hal yang dilakukannya.
You merasa tidak harus ambil
pusing dengan pandangan orang-orang di sekitarnya, menurutnya asalkan pandangan
orang-orang itu merugikan dan mengganggunya dia akan membiarkannya saja.
Meski begitu You memiliki
sahabat yang bernama Teru. Teru sudah terbiasa dengan sifat You yang seperti
itu. You sudah berteman dengan Teru sejak SD, menurut Teru watak You memang
sudah seperti itu dari kecil, keras kepala. Dan Teru sudah terbiasa dengan hal
itu.
Mereka bersekolah di
sekolah yang sama sejak SD sampai SMP. Namun SMU mereka berbeda, You memilih
untuk melanjutkan sekolahnya di SMU Asakura sedangkan Teru memilih melanjutkan
sekolahnya di SMU Swasta Shiroii, karena permintaan orang tuanya. Meski berbeda
sekolah You dan Teru selalu bertemu karena rumah mereka bersebelahan.
Dan hanya kepada Teru, You
biasa bercerita meskipun ia terkadang merasa enggan untuk menceritakan apa yang
biasa mengganggu pikirannya. Hanya untuk meringankan beban hati, itu pikir You.
“Yo! You. Ada apa? Hal apa
yang sedang mengganggu pikiranmu kali ini?” seru Teru tersenyum. “Ah,
jangan-jangan gadis musim gugurmu
lagi ya?”
You mendelik tajam ke arah
Teru. “Jangan pernah menyebutnya dengan gadis musim gugurku.”
“Aduh, aduh. Kowai nee. Menakutkaan,” ujar Teru tertawa. “Sepertinya tebakanku
benar,” ujarnya lagi. “You, aku sudah mengenalmu sejak kecil. Jadi tatapanmu
itu tidak akan menakutiku. Sudahlah cerita saja, apa lagi yang mengganggu
pikiranmu itu?”
“Entahlah, aku tidak tahu.
Rasanya akhir-akhir ini banyak hal yang mengganggu pikiranku,” aku You
menerawang menatap langit yang terbentang luas di atasnya.
“Sejak musim gugur itu, aku
merasa selalu mendapati diriku terkadang memerhatikannya. Seperti ada magnet
yang membuatku ingin tahu tentangnya. Secara tidak langsung, aku jadi menghafal
ekspresi wajahnya. Dia mirip Ichigo. Terkadang aku merasa, aku ingin melindunginya.
Aku tidak ingin ada ekspresi sedih di wajahnya itu. Aku ingin melindunginya
seperti melindungi Ichigo,” akunya lagi jujur. “Aku bingung, ada apa sebenarnya
dengan diriku?”
Teru yang mendengar
pengakuan You, sahabatnya tersenyum.”Bukankah itu suatu hal yang wajar, You?”
“Apa maksudmu? Wajar?” tanya You dengan
ekspresi bingung.
Teru tiba-tiba tertawa.
“You, You. Kau mungkin pintar dalam segala hal, tapi kau tumpul untuk urusan
ini.” Teru terdiam terlihat berpikir.”Hm, menurutku kau harus memikirkannya
sendiri. Aku akan memberitahumu, kalau kau masih belum mengetahuinya.”
You mendengus mendengar
perkataan Teru. “Baka, kalau tahu begini, aku tidak cerita padamu,” ujarnya
berbalik masuk.
“Ah, satu saranku,” kata
Teru tiba-tiba yang menghentikan langkah You. “Pahami dirimu dengan baik,
kenali hatimu dengan seksama, jangan sampai terlambat hingga menyesalinya
dikemudian hari,” lanjut Teru.
“Aah, wakatta17,” sahut You sambil menutup pintu geser beranda
kamarnya.
“Semoga kau mendapatkan jawaban yang kau cari You,” gumam
Teru tersenyum miris.
You,
You. Kau mungkin pintar dalam segala hal, tapi kau tumpul untuk urusan ini.
Kata-kata itu menggema di otak You. Teru mengatakan hal itu
seolah sudah merasakannya sebelumnya, pikir You.
Sebenarnya
dia merasa terganggu––sangat terganggu––dengan kata-kata Teru.
Ia melangkah ke tempat
tidurnya, melepaskan lelah dengan merebahkan badannya disana. Tidak lama You
tertidur dan memimpikan hal yang terjadi di musim gugur dua tahun lalu.
“You, aku duluan ya! Ada tempat
yang harus ku kunjungi dulu,” pamit Teru meninggalkan You di gerbang SMP
Kayano.
Ada apa dengannya? Akhir-akhir ini selalu ada tempat yang
ingin dikunjunginya,
ujarnya dalam hati. Tapi You tidak terlalu memikirkannya, karena yang dia tahu
Teru pasti punya alasan sendiri. Alasan yang mungkin tidak harus diketahuinya.
Di perjalanan ia melihat
seorang gadis sedang berjongkok di depan sebuah kardus.
“Bagaimana ya? Ayahku alergi terhadap bulu
kucing, jadi aku tidak bisa memeliharamu,” katanya tampak seolah bercakap-cakap
dengan binatang di dalam kardus tersebut.
Ooh, ternyata isi kardus itu kucing, pikirnya.
Gadis yang berjongkok tadi,
tiba-tiba berdiri. “Sumimasen18!
Apakah ada yang mau memelihara kucing?” teriaknya lantang tanpa ragu.
Orang-orang yang berjalan di sekitarnya tampak memerhatikan gadis itu sesaat,
kemudian kembali berjalan. Seolah tidak ada yang mendengar teriakan gadis itu.
“Sumimasen, apakah ada yang
mau memelihara kucing?” teriak gadis itu lagi.
Tidak lama seorang
laki-laki setengah baya datang menghampiri gadis tadi. “Bisakah saya melihat
kucingmu itu?”
“Ya,” seru gadis itu
tersenyum sambil memperlihatkan kardus yang ada dibelakangnya tadi.
“Wah, manisnya. Mungkin
anak saya akan suka dengan kucing ini, bisa saya ambil?” tanya laki-laki tadi
sambil mengelus-elus kucing itu.
“Ah, arigatou
gozaimashita,” ujar gadis itu sambil membungkukkan badan berterima kasih. “Bye,
bye,” kata gadis tadi melambai kepada kucing.
Kucing yang sudah dibawa
pergi itu hanya membalasnya dengan “mengeong” seolah mengerti apa yang
dikatakan gadis tadi.
Arai You yang sempat
terpaku karena memperhatikan gadis tadi, dia tidak melihat bahwa ada orang dari
arah berlawanan yang akan menabraknya.
BRUKK
.
Beberapa buku yang tadi
dipegang You kini jatuh berhamburan. Orang yang menabraknya tadi hanya meminta
maaf seadanya kemudian langsung pergi. You berjongkok memunguti buku-bukunya yang
terjatuh.
“Kore19,” kata gadis tadi ternyata membantu You memungut
buku-bukunya yang terjatuh.
You hanya tersenyum
sekilas. “Ah, arigatou.”
“Iie, kore wa nan demo nai des20,” balas gadis tadi
sambil menggelengkan kepala. “Ah, seragam mu itu.. kau murid SMP Kayano ya?
Wah, yang kudengar hanya orang-orang pintar saja yang bisa masuk disana. Ah,
maaf aku banyak bicara,” sahutnya.
You hanya terdiam.
“Um, baiklah. Aku duluan
ya!” pamit gadis tadi setelah membantu You.
Aku tak pernah berpikir akan ditabrak orang dan
ditolong olehnya, batin You.
Saat itu You hanya bisa menatapnya dan tidak bisa
berkata apa-apa. Dan di tahun berikutnya You mengetahui bahwa gadis itu satu
sekolah dengannya. Gadis yang tiba-tiba saja mulai menarik perhatiannya.
17Sama
seperti wakatteru yo, yang berarti
aku tahu atau aku mengerti
18Permisi,
dapat digunakan sebagai kata maaf yang lebih formal
19Ini
20Tidak,
hal ini bukan apa-apa
~To be continue ( ◕ω◕) thanks for reading
Comments
Post a Comment